Rabu, 04 April 2012

TEORI PEMBELAJARAN THORNDIKE


OLEH: ANJAR RAHARYANTI (101014056)


Edward L Thorndike adalah ahli teori belajar terbesar sepanjang masa. Dia bukan hanya merintis karya besar dalam teori belajar tetapi juga dalam bidang psikologi pendidikan, perilaku verbal, spikologi komparatif, uji kecerdasan, problem nature-nature, transfer training, dan aplikasi pengukuran kuantitatif untuk problem sosiospikologis
Konsep teoritis utama
Koneksionisme -> thorndike menyebutkan asosiasi antara kesan indrawi dan impuls dengan tindakan sebagai ikatan atau koneksi. Pendekatan thorndike cukup berbeda dan dapat dianggap sebagai teori belajar modern pertama. Penekanannya pada aspek fungsional perilaku terutama dipengaruhi oleh Darwin.
Pemilihan dan pengaitan -> menurut Thorndike bentuk paling dasar dari proses belajar adalah trial and error learning atau yang disebut sebagai selecting ang connecting (pemilihan dan pengaitan). Dia mendapatkan ide dasar ini melalui eksperimen awalnya, dengan memasukkan hewan kedalam perangkat yang telah ditata sedemikian rupa sehingga ketika hewan itu melakukan respons tertentu ia bisa keluar dari perangkat itu. Namun ada tata situasi yang mengharuskan hewan melakukan serangkaian respon yang komplek sebelum ia bisa keluar kotak. Respon yang berbeda dilakukan pada waktu yang berbeda-beda dalam percobaan Thorndike ini, namun idenya tetap sama hewan harus melakukan tindakan tertentu sebelum ia dapat keluar dari kotak.
Belajar adalah incremental, bukan langsung pengertian kedalam (insightful) -> Thorndike menyimpulkan bahwa belajar bersifat incremental bukan insightful. Dengan kata lain, belajar dilakukan dalam langkah-langkah kecil yang sistematis bukan langsung melompatke pengertian mendalam.
Belajar tidak didimensi ole hide -> Thorndike juga menyimpulkan bahwa belajar adalah bersifat langsung dan tidak didimensi oleh pemikiran atau penalaran. Thorndike menolak campur tangan nalar dalam belajar dan ia lebih mendukung tindakan seleksi langsung dan pengaitan langsung dalam belajar.
Semua mamalia belajar dengan cara yang sama -> Thorndike memandang bahwa semua proses belajar adalah langsung dan tidak didimensi oleh ide-ide, dan juga terutama karena dia juga mnegaskan bahwa proses belajar semua mamalia, termasuk manusia, mengikuti kaidah yang sama. Menurut Thorndike, tidak ada proses khusus yang perlu dipostulatkan dalam rangka menjelaskan proses belajr manusia.

Teori belajar dari Thorndike dibagi menjadi bagian: pertama adalah pemikiran sebelum tahun 1930 dan kedua adalah pasca 1930.

THORNDIKE SEBELUM 1930
Hukum kesiapan -> mengandung 3 bagian, yang diringkas sebagai berikut:
1.       Apabila satu unit konduksi siap menyalurkan (to conduct), maka penyaluran dengannya akan memuaskan
2.       Apabila satu unit konduksi siap untuk meyalurkan, maka tidak menyalurkannya akan menjengkelkan.
3.       Apabila satu unit konduksi belum siap untuk menyalurkan dan dipaksa untuk menyalurkan, maka penyaluran dengannya akan menjengkelkan.
Namun nampaknya hukum ini tidak subjektif, misalnya apa yang dimaksudkan dengan “untuk konduksi yang siap menyalurkan” adalah kesiapan untuk bertindak. Dengan menggunakan terminology kontemporer kita bisa menyatakan ulang hukum kesiapan Thorndike sebagai berikut:
1.       Ketika seseorang siap melakukan suatu tindakan, maka melakukannya akan memuaskan
2.       Ketika seseorang siap melakukan suatu tindakan, maka tidak melakukannya akan menjengkelkan
3.       Ketika seseorang belum siap melakukan suatu tindakantetapi dipaksa melakukannya, maka melakukannya akan menjengkelkan.
Secara umum kita bisa mengatakan bahwa mengintervensi perilaku yang bertujuan akan menyebabkan frustasi, dan menyebabkan seseorang melakukan sesuatu yang tidak ingin mereka lakukan juga akan membuat mereka frustasi.
Hukum latihan -> teori Thorndike mencakup hukum latihan yang terdiri atas 2 bagian:
1.       koneksi antara stimulus dan respons akan menguat saat keduanya dipakai. Dengan kata lain, melatih koneksi (hubungan) antara situasi yang menstimulasi dengan suatu respons akan memperkuat koneksi diantara keduanya. Bagian dari hukum latihan ini dinamakan law of use (hukum penggunaan)
2.       koneksi antara stimulus dan respons akan melemah apabila praktik hubungan dihentikan atau jika ikatan neural tidak dipakai. Bagian dari hukum latihan ini dinamakan law of disuse (hukum ketidakgunaan)
Thorndike mendefinisikan penguatan sebagai peningkatan probabilitas terjadinya respon ketika stimulus terjadi. Ringkasnya hukum latihan menyatakan bahwa kita belajar dengan berbuat dan lupa tidak berbuat.
Hukum efek -> law of effect (hukum efek) adalah pengutan atau pelemahan dari suatu koneksi antara stimulus dan respon sebagai akibat dari konsekuensi daro respon. Jika suatu respon diikuti dengan satisfying state of affairs (keadaan yang memuaskan), kekuatan koneksi itu akan bertambah. Jika respon diikuti dengan annoying state of affairs (keadaan yang menjengkelkan) , kekuatan koneksi itu menurun.
KONSEP SEKUNDER SEBELUM 1930 adalah konsep yang mencangkup sejumlah ide yang kurang penting ketimbang konsep primer diatas. Antara lain:
Respon berganda -> adalah langkah pertama dalam semua proses belajar. Respon ini mengacu pada fakta bahwa jika respon pertama kita tidak memecahkan problem maka kita akan mencoba respon lain. Banyaknya proses belajar bergantung pada fakta bahwa organism cenderung tetap aktif sampai tercipta satu respon yang memecahkan problem yang dihadapi.
Set atau sikap -> perbedaan individual dalam belajar dijelaskan melalui perbedaan dasar diantara manusia : warisan cultural atau genetic atau keadaan temporer seperti deprivasi, keletihan, atau berbagai kondisi emosional. Dengan konsep set atu sikap inilah Thorndike mengakui bahwa keadaan hewan sampai tingkat tertentu inilah yang akan menentukan apa-apa yang memuaskan dan menjengkelkannya.
Prapotensi elemen -> adalah apa yang oleh thorndike dinamakan “aktivitasparsial dari dari suatu situasi”. Ini mengacu pada fakta bahwa hanya beberapa elemen dari situasi yang akan mengatur perilaku. Thorndike mengakui kompleksitas lingkungan dan menyimpulkan bahwa kita merespon secara selektif terhadap aspek-aspek lingkungan. Dennngan kata lain, kita biasanya merespon beeeberapa elemen dalam satu situasi namun tidak merespon situai lainnya,
Respon dengan analogi -> untuk merespon suatu situasi yang belum pernah kita jumpai, menurut Thorndike kita dapat menggunakan identical elements theory transfer of training (teori elemen identik dari transfer training) yang dibagi menjadi 2 yakni respon by analogy (respon dengan analogi) yaitu kita meresponnya dengan cara seperti kita merespon situasi yang terkait (mirip) yang pernah kita jumpai. Jumlah Transfer of training (transfer training) anatra situasi yang kita kenal dan yang tak kita kenal ditentukan dengan jumlah elemen yang sama didalam kedua situasi itu.
Di lingkungan sekolah, Thorndike (1906) menyatakan bahwa tidak banyak bukti bahwa pendidikan dapat digeneralisasikan sedemikian mudahnya. Dia bahkan yakin bahwa pendidikan akan menghasilkan keterampilan spesifik yang tinggi ketimbang keterampilan umum. Thorndike juga mengatakan sekolah harus menekankan training langsung pada keterampilan-keterampilan yang dianggap penting untyk situasi diluar sekolah.
Pergeseran asosiatif -> prosedur untuk menunjukkan pergeseran asosiatif dimulai dengan koneksi antara satu situasi tertentu dan satu respon tertentu. Kemudian seseorang secara bertahap mengambil elemen-elemen stimulus yang merupakan bagian dari situasi awal dan menambahkan elemen stimulus yang bukan bagian dari stimulus awal. Menurut teori elemen identik Thorndike, sepanjang ada cukup elemen dari situasi awal didalam situasi baru, respon yang sama akan diberikan. Asosiasi bergeser dari satu stimulus ke stimulus yang lain karena suatu prosedur member cukup elemen dari situasi sebelumnya untuk menjamin munculnya respon yang sama terhadap stimulus yang baru.

THORNDIKE PASCA 1930
Revisi hukum latihan/ Penggunaan -> Thorndike secara esensial menarik kembali hukum penggunaan atau latihan. Hukum penggunaan yang menyatakan bahwa repetisi saja sudah cukup untuk memperkuat koneksi, ternyata tidak akurat. Penggantian repetisi ternyata tidak melemahkan koneksi dalam periode yang cukup panjang.
Revisi hukum efek -> hukum efek ternyata hanya separuh benar. Separuh dari yang benar itu adalah bahwa sebuah respon yang diikuti oleh keadaan yang memuaskan akan diperkuat. Revisi hukum efek Thorndike menyatakan bahwa penguatan akan meningkatkan strength of connection (kekuatan koneksi), sedangkan hukuman tidak member pengaruh apa-apa terhadap kekuatan koneksi.
Belongingness -> Thorndike mengamati bahwa dalam proses belajar asosiasi ada factor selain kontinguitas dan hukum efek. Jika elemen-elemen dari aosiasi dimiliki bersama, asosiasi diantara mereka akan dipelajari dan dipertahankan dengan lebih mudah ketimbang jika elemen itu bukan milik bersama. Thorndike juga mengaitkan gagasannya tentang reaksi yang mengonfirmasi, yang telah dibahas dimuka, dengan konsep belongingness. Dia berpendapat bahwa jika ada hubungan natural antara keadaan yang dibutuhkan organisme dengan efek yang ditimbulkan suatu respon maka proses belajar akan lebih efektif ketimbang jika hubungan itu tidak alami. Thorndike menggunakan konsep belongingness dalam 2 cara. Pertama, dia menggunakannya untuk menjelaskan mengapa ketika mempelajari materi verbal seseorang akan cenderung mengorganisasikan apa-apa yang dipelajarinya dalam unit-unit yang dianggap masuk dalam golongan yang sama. Kedua, dia mengatakan bahwa jika efek-efek yang dihasilkan oleh suatu respon terpaut dengan kebutuhan organisme proses belajar akan lebih efektif ketimbang jika efek yang dihasilakn itu tidak terkait dengan kebutuhan organisme.
Penyebaran efek -> selama eksperimennya, Thorndike secara tak sengaja menemukan bahwa keadaan yang memuaskan tidak hanya menambah probabilitas terulangnya respon yang menghasilkan keadaan yang memuaskan tersebut tetapi juga meningkatkan probabilitas terulangnya respon yang mengitari respon yang memperkuat itu. Salah satu eksperimen yang menunjukkan efek itu adalah eksperimen dimana menghadirkan 10 kata. Ada 2 hal penting yang diamati dalam eksperimen itu. Partama, penguatan akan meningkatkan probabilitas angka yang sama diulang pada waktu berikutnya saat kata stimulus diberikan tetapi hukuman tidak mengurangi probabilitas angka yang salah diulang lagi. Kedua, ditemukan bahwa angka sebelum dan sesudah angka yang diperkuat juga meningkat probabilitas pengulangannya walaupun mereka tidak diperkuat dan bahkan jika diperkuat itu telah dikenai hukuman sebelumnya. Dengan kata lain, respon yang diperkuat itu memiliki probabilitas yang paling besar untuk diulang lagi, kemudian urutan selanjutnya adalah respon yang paling dekat dengan respon yang diperkuat itu dan kemudian respon yang ada didekatnya akan begitu seterusnya.
Ilmu pengetahuan dan nilai manusia -> ilmu manusia ini menawarkan harapan yang paling besar untuk masa depan. Thorndike menyatakan bahwa paling tidak manusia akan menjadi tuan akan dirinya sendiri dan tuan atas alam. Manusia hanya bebas didunia yang dapat dipahami dan diperkirakannya. Hanya dengan ilmu pengetahuan manusia bisa melakukannya. Kekuatan intelek dan moral/pikiran dan spirit manusia adalah bagian dari alam, maka kita dapat bertanggung jawab atasnya secara signifikan, bisa bangga dan berharap pada masa depan.
Pendidikan menurut Thorndike -> Thorndike percaya bahwa praktek pendidikan harus dipelajari secara ilmiah. Menurutnya ada hubungan erat antara pengetahuan proses belajar dengan praktek pengajaran. Jadi, dia mengharapkan akan ditemukan lebih banyak lagi pengetahuan tentang hakikat belajar, semakin banyak pengetahuan yang dapat diaplikasikan untuk memperbaiki praktek pengajaran. Thorndike juga menganggap rendah teknik pengajaran berbentuk ceramah perkuliahan yang saat itu popular (bahkan sampai sekarang). Situasi belajar harus sebisa mungkin dibuat menyerupai dunia riil. Seperti yang telah kita ketahui, thorndike percaya bahwa proses belajar akan ditransfer dari ruang kelas ke lingkungan luar sepanjang dua situasi itu mirip.


0 komentar:

Posting Komentar

Mengenai Saya

Foto saya
Teman-teman kami bilang kami ini kembar, padahal kenyataannya jauh berbeda. Kesamaan kami hanyalah kami sama-sama wanita, kami berasal dari daerah yang sama, kami dalam kelas yang sama, dan huruf awal nama kami sama-sama 'A".