KISAH SEORANG GURU DI LOS ANGELES
Seorang guru sekolah menengah di Los
Angeles menerapkan
cara yang unik untuk merangsang
siswa-siswinya untuk
berpikir secara kritis.
Dari waktu ke waktu, ia menulis
pesan-pesan singkat di
papan tulis yang sama sekali tidak ada
kaitannya dengan pelajaran-
pelajaran yang sedang diajarkannya.
Pada suatu pagi para siswa melihat
angka 25.550 di papan
tulis. Seorang siswa mengangkat tangan
dan bertanya mengapa
gurunya menuliskan angka tersebut.
Lalu sang guru menjelaskan
bahwa 25.550 merupakan jumlah hari
dalam kehidupan
seseorang yang hidup hingga 70 tahun.
Guru itu berusaha menerangkan
tentang singkatnya kehidupan dan
betapa bernilainya
hari-hari yang telah kita lalui.
Melalui artikel yang diberikan oleh si
guru ini ia berusaha
berperan sebagai seorang motivator
bagi para muridnya dalam
hal menghargai waktu.
Selain hal di atas yang juga
seringkali terdengar adalah keluhan
atau percakapan para ibu yang memiliki
putra/putri
saat itu mungkin sedang duduk di SD,
yang lebih mendengarkan
petunjuk gurunya daripada petunjuk
orang tua mereka
pada saat sedang belajar ataupun pada
saat mengerjakan pekerjaan
rumah mereka, walaupun mungkin orang
tua mereka
memiliki kemampuan lebih daripada sang
guru itu sendiri.
Melalui cerita di atas dapat kita
lihat betapa besarnya
pengaruh seorang guru dalam memberikan
motivasi kepada murid-
muridnya.
Keberadaan seorang anak dalam suatu
sekolah menuntutnya
untuk memiliki suatu motivasi untuk
tetap bertahan sebagai
seorang siswa-siswi. Motivasi ini tidaklah
akan dapat
dimiliki seorang anak dengan
sendirinya. Membutuhkan banyak
aspek untuk membuat seorang anak
memiliki motivasi
untuk bersekolah ataupun belajar
khususnya dalam proses belajar
yang terjadi di sekolah.
GURU SEBAGAI MOTIVATOR
Keberadaan seorang
guru dalam suatu sekolah
tidaklah dapat disangkali
lagi, karena tanpa guru
sekolah tidak akan dapat
berjalan. Namun peran
guru tidaklah hanya berhenti
sebagai pengajar
yang melakukan transfer
ilmu saja, karena tanpa
adanya peran sebagai motivator
maka sia-sialah peran
guru sebagai sosok
yang melakukan transfer
ilmu.
Seorang motivator
adalah seseorang yang
mampu membangkitkan
motif atau keinginan
seseorang untuk melakukan
suatu tindakan tertentu
PERAN
GURU DALAM MENINGKATKAN
MOTIVASI
BELAJAR SISWA
Berdasarkan kedudukannya sebagai
seorang guru tentu memiliki sasaran
yang
pasti yaitu murid-murid yang
dihadapinya
sehari-hari. Bangkitnya motivasi
mereka
untuk meraih suatu prestasi merupakan
bagian dari keberhasilannya sebagai
seorang
motivator dan merupakan suatu
kebanggaan
melihat murid yang dibimbingnya
memiliki suatu prestasi yang
optimal.
Tampilnya seorang guru sebagai
motivator
bagi siswa-siswi yang dihadapinya
sehari-hari bukanlah hal yang mudah.
Untuk
menjadi seorang motivator bagi
siswasiswinya,
seorang guru juga harus dapat
memberi motivasi bagi dirinya sendiri
yang otomatis menjadi motivator bagi
dirinya
sendiri.
Sudahkah Anda menjadi motivator
bagi diri Anda sendiri ? Tanpa hal ini
rasanya akan sulit bagi seorang guru
untuk
menjadi motivator bagi siswa-siswinya.
Saat ini yang sering menjadi
pertanyaan
adalah bagaimana cara yang terbaik
yang harus dilakukan oleh seorang guru
agar ia dapat melaksanakan fungsinya
sebagai
seorang motivator . Berbagai teori
telah dikemukakan namun seringkali
gagal. Siswa tetap tidak memiliki
motivasi
belajar yang tinggi , yang nampak
melalui
nilai-nilai akademik, banyaknya
siswa-siswi yang membolos sekolah
hingga
menimbulkan banyak masalah. Contohnya;
tawuran diantara siswa.
Hal ini membuat para guru menjadi
serba salah dalam bertindak, karena
merasa
telah melaksanakan berbagai cara
ataupun
teori namun hasil yang dicapai tidak
kunjung terlihat. Sehingga seringkali
timbul
kesan bahwa guru-guru di Indonesia
adalah guru yang memiliki kemampuan
minim. Padahal bila dibuktikan akan
terlihat
bahwa banyak guru di Indonesia adalah
guru-guru yang memiliki kompeten
tinggi dalam dunia pendidikan.
Namun tidak pula dapat kita sangkali
bahwa banyak guru di Indonesia yang
hanya melakukan transfer ilmu tanpa
mau
sedikitpun menjadi motivator bagi
muridmuridnya,
bahkan tampak adanya kesan
bangga bila muridnya mendapat nilai
buruk
dalam mata pelajaran yang diajarnya,
hal ini dianggapnya menunjukkan bahwa
semua murid itu bodoh dan hanya
gurulah
yang pandai.
EMPAT LANGKAH SEORANG
MOTIVATOR EFEKTIF
Sebenarnya menjadi seorang motivator
bagi siswa-siswi di sekolah bukanlah
hal yang sulit. Namun hal ini juga
bukan
berarti hal yang mudah untuk
dilakukan.
Oleh karena itulah penulis mencoba
merangkum beberapa pemikiran ke
dalam .Empat Langkah.. ini
1. Lakukanlah yang terbaik!
Apapun yang kamu perbuat, perbuatlah
dengan segenap hatimu seperti
untuk Tuhan dan bukan untuk manusia
(Kolose 3 : 23 )
Kuncinya adalah belajarlah mencintai
apa yang anda lakukan maka Anda
akan merasakan hasilnya.
2. Jadilah teladan bagi
lingkungan.
Teladan yang baik merupakan bukti
bahwa seseorang mampu menjadi
motivator bagi dirinya. Karena itu
merupakan syarat utama sebagai seorang
motivator. Contohnya; seorang
guru perokok tidak mungkin menjadi
seorang motivator bagi siswasiswinya
agar tidak merokok
3. Jadikanlah siswa-siswi
sebagai subyek
Dengan menjadikan seorang siswasiswi
sebagai subjek pendidikan,
maka kita memberikan kesempatan
pada mereka untuk menjadi manusia
yang kritis dalam berpikir serta
menyampaikan
pendapatnya secara demokratis
tanpa meninggalkan norma-
norma yang ada.
Menjadikan siswa sebagai subyek
dapat kita lakukan dengan cara menjadi
pelindung, orang tua atau bahkan
seorang sahabat yang memiliki
rasa empati bagi mereka (khususnya
untuk anak-anak remaja) di saat mereka
membutuhkan tempat untuk mencurahkan
isi hati mereka
4. Memiliki wawasan yang luas
Seorang motivator tidak akan menjadi
motivator yang baik bila tidak
memiliki
wawasan yang luas mengenai
berbagai bidang.
DAMPAK
Dampak yang timbul bila guru
menjalankan
perannya sebagai motivator antara
lain adalah;
a. Timbulnya keinginan pada siswa
untuk
lebih menekuni materi yang
dihadapinya.
Hal ini akan sangat berpengaruh
dengan prestasi akademik
siswa.
b. Adanya keinginan yang kuat dalam
diri siswa untuk pergi ke sekolah,
contohnya
; siswa tidak perlu lagi dipaksa
untuk pergi ke sekolah. Mereka
menikmati acara belajar mereka yang
berlangsung di sekolah sehingga tidak
ada lagi dalam pikiran mereka untuk
membolos.
c. Rasa memiliki sekolah; akan timbul
bila siswa merasa bahwa sekolahnya
adalah suatu tempat yang menyenangkan.
Hal ini juga mempengaruhi
nama baik sekolah.
0 komentar:
Posting Komentar