REVIEW BUKU
KONSELING KELUARGA
KARYA Prof. Dr. H. Sofyan S. Willis
Sebagai Tugas Akhir Mata
Kuliah Teori-Teori Konseling
Oleh :
Anjar Raharyanti (101014056)
BK-B 2010
Dosen Pembimbing :
Dr. Eko Darminto, M. Si
Denok Setiawati. S.
Psi, M. Pd
PROGRAM STUDI BIMBINGAN
KONSELING
JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN
DAN BIMBINGAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2011
REVIEW BUKU KONSELING
KELUARGA
Dalam
buku yang berjudul “Konseling Keluarga” ini menyajikan tentang dasar-dasar
pengenalan konseling keluarga dan berbagai pendekatan psikologi dalam teknik
konseling keluarga. Disertai juga konseling keluarga, pendidikan anti narkoba
dan pendidikan keluarga sakinah. Buku ini dibagi menjadi sebelas bagian. Yang
pertama yaitu latar belakang kehidupan keluarga, yang kedua yaitu tentang
sejarah konseling keluarga, yang ketiga yaitu tentang konseling keluarga dalam
pendekatan sistem, yang keempat yaitu tentang memahami konseling keluarga, yang
kelima teori-teori konseling, yang keenam yaitu aplikasi teori-teori konseling,
yang ketujuh proses dan tahapan konseling keluarga, yang kedelapan yaitu
teknik-teknik konseling keluarga, yang kessembilan yaitu ketahanan keluarga,
yang kesepuluh tentang dialog konseling kasus mahasiswa DO dan yang ke duabelas
yaitu tentang dialog konseling keluarga.
1.
Latar Belakang Kehidupan Keluarga
Kehidupan
keluarga tidak terlepas dari sistem nilai yang ada dalam masyarakat yaitu
agama, adat istiadat, nilai-nilai sosial, dan nilai-nilai kesakralan keluarga.
Dimana sistem nilai tersebut sering mengalami degradasi, misalnya degradasi
agama yaitu pada saat ini banyak umat yang kurang taat beribadah sebagaimana
diperintahkan oleh agamanya. Untuk kondisi keluarga modern sendiri mempunyai
ciri utama kemajuan dan perkembangan di bidang pendidikan, ekonomi, dan
pergaulan. Dalam keluarga ada kalanya mengalami krisis maksudnya kehidupan
keluarga dalam keadaan kacau, tak teratur dan terarah, orang tua kehilangan
kewibawaan untuk mengendalikan anak-anaknya. Faktor-faktor penyebab terjadinya
krisis keluarga yaitu kurang atau putus komunikasi diantara anggota keluarga
terutama ayah dan ibu, sikap egosentrisme, masalah ekonomi, masalah
kesibukan,pendidikan,perselingkuhan,jauh dari agama. Cara pemecahan krisis
keluarga ini ada dengan dua cara yaitu cara tradisional seperti diperlukannya
kearifan kedua orang tua dalam menyelesaikan masalah dan perlunya bantuan orang
bijak seperti ulama atau ustadz, cara yang kedua yaitu cara modern (ilmiah)
seperti melakukan konseling keluarga.
2.
Sejarah Konseling Keluarga
Sejarah
perkembangan konseling keluarga di dunia berasal dari daratan Eropa dan Amerika
Serikat. Awal permulaan abad ke-20 berasal dari Eropa, namun perkembangannya
yang lebih semarak adalah pada tahun 60-an dan seterusnya di Amerika Serikat. Perbedaan
yang mencolok ialah bahwa aliran Amerika Serikat telah berorientasi
teoris(academic setting) misalnya dengan menganut aliran-aliran psikologi
terkenal, sedangkan Eropa hanya berawal dari praktisi (para dokter kandungan)
tanpa memikirkan aspek teorisnya. Sejarah konseling keluarga di Indonesia
dikarenakan guru-guru pembimbing sekolah menemukan masalah-masalah kesulitan
belajar dan masalah lainnya seperti sosial pribadi berkaitan dengan keadaan
sosial-psikologis keluarga. Beberapa tokoh konseling keluarga yaitui Virginia
Satir, Jay Haley dan Salvadore Minuchin.
3.
Konseling Keluarga dalam Pendekatan Sistem
Konseling keluarga dalam pendekatan
sistem maksudnya jika anggota keluarga berubah atau terganggu maka keseluruhan
anggota keluarga akan berubah atau terganggu pula. Perilaku anggota yang
terganggu menyebabkan anggota lainnya terganggu pula. Sebaliknya jika sistem
keluarga terganggu maka kemungkinan besar ada anggota keluarga lainnya
terganggu pula.
4. Memahami Konseling Keluarga
Konseling keluarga adalah upaya bantuan
yang diberikan kepada individu anggota keluarga melalui sistem anggota keluarga
(pembenahan komunikasi anggota keluarga) agar potensi nya berkembang seoptimal
mungkin dan masalahnya dapat diatasi atas dasar kemauan membantu dari semua
anggota keluarga berdasarkan kerelaan dan kecintaan terhadap keluarga.
Penanganan terhadap keluarga sebagai sistem bertujuan untuk membantu anggota
keluarga yang mengalami gangguan emosi melalui sistem keluarga. Yaitu setiap
anggota memberikan konstribusi positif dan pemahaman yang mendalam akan hakekat
gangguan tersebut. Dengan kata lain keluarga yang berjasa untuk membantu
perkembangan anggotanya dan menyembuhkan anggota yang terganggu.
5. Teori-teori Konseling
Pendekatan konseling merupakan teori
yang mendasari sesuatu kegiatan dan praktik konseling. Dalam melaksanakan
konseling keluarga biasanya bukan menggunakan pendekatan tunggal teori, tetapi
menggunakan pendekatan yang relevan dengan kasus tertentu kemudia secara
sintesis-analitik teori tersebut diterapkan. Pendekatan itu disebut pendekatan creative-synthesis-analytic. Namun di
sini juga akan dijelaskan beberapa teori konseling yang terkenal di dunia :
a. Pendekatan Psikoanalisis
Aliran psikoanalisis dipelopori oleh
Sigmund Freud. Pengertian psikoanalisis memcakup tiga aspek yaitu sebagai metode
penelitian proses-proses psikis, teknik untuk membantu gangguan psikis, sebagai
teori kepribadian. Psikoanalis mempunyai beberapa prinsip yaitu prinsip
konstansi artinya kehidupan psikis cenderung untuk mempertahankan kualitas
ketegangan psikis pada taraf yang serendah munkin, prinsip kesenangan artinya
kehidupan psikis cenderung untuk menghindari ketidaksenangan dan sebanyak
mungkin memperoleh kesenangan, prinsip realitas yaitu prinsip kesengan yang
disesuaikan dengan keadaan nyata. Struktur kepribadian menurut Freud terdiri
dari id, ego dan super ego. Id merupakan aspek biologis yang mempunyai energi
yang dapat mengaktifkan ego dan super ego. Dorongan-dorongan untuk memuaskan
hawa nafsu manusia bersumber dari id. Sedangkan super ego berperan untuk mengatur
agar ego bertindak sesuai moral masyarakat. Proses konseling yang dikemukakan
dalam urutan fase-fase konseling dapat diikuti berikut ini :
Ø Membina hubungan konseling yang terjadi
pada tahap awal konseling.
Ø Tahap krisis pada klien yaitu kesukaran
dalam mengemukakan masalahnya dan dan melakukan transferensi.
Ø Tilikan terhadap masa lalu klien
terutama pada masa kanak-kanaknya.
Ø Pengembangan resistensi untuk pemahaman
diri.
Ø Pengembangan hubungan transferensi klien
dengan konselor.
Ø Melanjutkan lagi hal-hal yang
resistensi.
Ø Menutup wawancara konseling.
Teknik
konseling psikoanalisis yaitu :
Ø Asosiasi bebas yaitu klien diupayakan
untuk menjernihkan alam pikirannya dari alam pengalaman dan pemikiran
sehari-hari sekarang ini, sehingga klien mudah mengungkapkan pengalaman masa
lalunya.
Ø Interpretasi adalah teknik yang
digunakan oleh konselor untuk menganalisis asosiasi bebas, mimpi, resistensi,
dan transferensi klien.
Ø Analisis mimpi yaitu suatu teknik untuk
membuka hal-hal yang tak disadari dan memberi kesempatan klien untuk menilik
masalah-masalah yang belum terpecahkan. Proses terjadinya mimpi karena di waktu
tidur pertahanan ego menjadi kompleks dan lemah sehingga yang terdesakun muncul
ke permukaan.
Ø Analisis resistensi yaitu konselor
meminta perhatian klien untuk menafsirkan resistensi.
Ø Analisis trasferensi yaitu konselor
mengusahakan agar klien mengembangkan transferensinya agar terungkap
neurosisnya terutama pada usia selama lima tahun pertama dalam hidupnya.
b. Terapi Terpusat Pada Klien
(Client-Centered Therapy)
Cliend- Centered Therapy (psikoterapi
non-directive) yang dikembangkan oleh Ransom Rogers adalah suatu metode
perawatan psikis yang dilakukan dengan cara berdialog antara konselor dengan
klien agar tercipta gambaran yang serasi dengan kenyataan klien yang
sebenarnya. Ciri-ciri terapi ini adalah :
Ø Ditujukan kepada klien yang sanggup
memecahkan masalahnya.
Ø Sasaran konseling adalah aspek emosi dan
perasaan.
Ø Titik tolak konseling adalah keadaan
individu termasuk kondisi sosial-psikologis.
Ø Proses konseling bertujuan untuk
menyesuaikan antara ideal-self dengan actual-self.
Ø Peranan yang aktif adalah klien.
Proses
konseling terapi berpusat pada klien yaitu :
Ø Klien datang kepada konselor atas
kemauannya sendiri.
Ø Situasi konseling sejak awal harus
menjadi tnggung jawab klien.
Ø Konselor memberanikan klien agar ia
mampu mengemukakan perasaannya.
Ø Konselor menerima perasaan klien serta
memahaminya.
Ø Konselor
berusaha agar klien dapat memahami dan menerima keadaan dirinya.
Ø Klien menemukan pilihan sikap dan
tindakan yang akan diambil.
Ø Klien merealisasikan pilihan itu.
Teknik konseling pada Rogers berkisar
antara lain pada cara-cara penerimaan pernyataan dan komunikasi, menghargai
orang lain dan memahami klien.
c. Terapi Gestalt
Teori ini dikembangkan oleh Frederick S.
Pearl, menurutnya individu itu selalu aktif sebagai keseluruhan dan individu
yang sehat adalah yang seimbang antara ikatan organisme dengan lingkungan
karena itu pertentangan antara keberadaan sosial dengan biologis merupakan
konsep dasar terapi Gestalt.
Landasan bagi proses konseling mengikuti
lima hal yang penting sebagai berikut :
Ø Pemolaan (patterning) yaitu situasi yang
tercipta setelah konselor memperoleh fakta atau penjelasan mengenai sesuatu
gejala dan konselor segera memberikan jawaban.
Ø Pengawasan (control) merupakan kemampuan
konselor untuk meyakinkan klien untuk mengikuti prosedur konseling.
Ø Potensi yaitu usaha konselor untuk
mempercepat terjadinya perubahan perilaku dan sikap serta kepribadian.
Ø Kemanusiaan meliputi kemampuan konselor
dalam mengenalkan, mendampingi, memikirkan klien untuk perubahan perilakunya.
Ø Kepercayaan yaitu kepercayaan diri
konselor menangani klien secara individual.
Proses dan fase konseling gestalt yaitu
:
Ø Fase I, membentuk pola pertemuan
terapeutik.
Ø Fase II, pengawasan yaitu meyakinkan
klien mengikuti prosedur konseling.
Ø Fase III, yaitu mendorong klien untuk
mengungkapakan perasaan.
Ø Fase IV (terakhir), yaitu klien memiliki
kepribadian yang integral sebagai individu yang unik.
d. Terapi Behavioral
Terapi Behavioral berasal dari dua arah
konsep yaitu Pavlovian dan Skinnerian. Menurut teori ini perilaku yang
menyimpang bersumber dari belajar atau hasil belajar tertentu. Perilaku
dipandang sebagai respont terhadap stimulasikarena itulah tujuan terapi ini
untuk memodifikasi koneksi dan metode S-R. Dan juga untuk memperoleh perilaku baru,
mengeliminasi perilaku yang maladaptif dan memperkuat serta mempertahankan
perilaku yang diinginkan.
Berikut ini dikemukakan beberapa teknik
konseling behavioral :
Ø Desentilisasi sistematik bermaksud
mengajarkan klien untuk memberikan respon yang tidak konsisten dengan kecemasan
yang dialami klien. Teknik ini tak dapat berjalan tanpa teknik relaksasi. Di
dalam konseling itu klien diajar untuk santai dan menghubungkan keadaan santai
itu dengan membayangkan pengalaman yang mencemaskan.
Ø Assertive training yaitu konselor
berusaha memberikan keberanian kepada klien dengan mengatasi kesulitan terhadap
orang lain. Pelaksaan teknik ini yaitu dengan bermain peran (role playing).
Misalnya klien berperan menjadi tokoh yang berkebalikan dengan karakternya
sehari-hari.
Ø Aversion therapy teknik ini bertujuan
untuk menghukum perilaku yang negatif dan memperkuat perilaku positif. Hukuman
bisa brupa kejutan listrik atau memberi ramuan yang membuat orang muntah.
Ø Home-work yaitu latihan rumah bagi klien
yang kurang mampu menyesuaikan diri terhadap situasi tertentu. Caranya yaitu
dengan memberikan tugas rumah selama satu minggu.
e. Logotherapy Frankl
Logo terapi dikembangkan oleh Frank ini
bertujuan agar dalam masalah yang dihadapi klien dia bisa menemukan makan dari
penderitaan dan kehidupan serta cinta. Teknik konseling logo terapi ini
menggunakan semua teknik yang kiranya sesuai dengan kasus yang dihadapi.
Tampaknya kemampuan menggali hal-hal yang brmakna dari klien amat penting.
f. Rational Emotive Therapy (RET)
RET dikembangkan oleh seorang
eksistensialis Albert Ellis, menurutnya bukanlah pengalaman atau peristiwa
eksternal yang menimbulakan emosional akan tetapi tergantung pada pengertian
yang diberikan terhadap peristiwa atau pengalaman itu. gangguan emosi terjadi
disebabkan pikiran-pikiran seorang yang bersifat irrasional terhadap peristiwa
dan pengalaman yang dilaluinya.
Proses konseling RET yaitu :
Ø Konselor berusaha menunjukkan kepada
klien bahwa kesulitannya berhubungan dengan keyakinan irrasionalnya.
Ø Konselor menunjukkan pemikiran
irrasional klien dan berusaha mengubah kepada keyakinana rasional.
Ø Konselor berusaha agar klien menghindari
diri dari ide-ide irrasional.
Ø Konselor menantang klien untuk
mengembangkan filosofis kehodupan yang rasional.
Teknik konseling RET yang berusaha
menghilangkan gangguan emosional yang merusak diri yaitu :
Ø Assertive training yaitu melatih dan
membiasakan klien terus-menerus dengan perilaku tertentu yang diinginkan.
Ø Sosiodrama yaitu semacam sandiwara
pendek tentang masalah kehidupan sosial.
Ø Self modeling yaitu teknik yang
bertujuan menghilangkan perilaku tertentu dimana konselor menjadi model dan
klien berjanji akan mengikutinya.
Ø Tknik reinforcement yaitu memberikan
reward terhadap perilaku rasional atau memperkuatnya (reinforce)
Ø Social modeling yaitu membentuk perilaku
baru melalui model sosial denagn cara imitasi, observasi.
Ø Desentilisasi sistimatik.
Ø Relaxatation.
Ø Self control yaitu dengan cara
mengontrol diri.
Ø Diskusi.
Ø Simulasi.
Ø Homework assignment.
Ø Bibliografi, memberi bahan bacaan.
6. Aplikasi teori-teori konseling
Berikut adalah aplikasi teori-teori
konseling pada praktek konseling keluarga :
a. Pendekatan Terpusat pada Klien
Rogers menulis tentang implikasi
konseling terpusat pada klien terhadap keluarga menekankan pada hubungan atas
dasar kejujuran, keaslian, menjaga, menerima, menghargai secara positif dan
belajar aktif. Anggota keluarga sering berjuang untuk mempertanyakan
kepercayaan anggota lain yang berdasarkan pada rasa kejujuran, keterbukaan
berespon dan kewajaran. Sebagian anggota keluarga yang datang untuk konseling
pada mulanya bersikap defensif karena itu konseling keluarga harus dengan iklim
terbuka, bebas dan jujur.
b. Pendekatan Eksistensial dalam Konseling
Keluarga
Di dalam konsep eksistensial aspek
seperti membuat pilihan-pilihan, menerima tanggung jawab yang bebas, penggunaan
kreatif terhadap kecemasan dan penelitian tentang makna dan nilai merupakan hal
yang mendasar dalam situasi terapeutik dalam konseling keluarga. Asumsi dasar
dari keluarga bahwa anggota keluarga membentuk nasibnya melalui pilhan-pilihan
yang dibuatnya sendiri sehingga diharapkan anggota keluarga juga harus dapat
mengubah struktur kehidupan mereka.
c. Konseling Keluarga Pendekatan Gestalt
Pendekatan gestalt sebagai suatu model
dfokuskan pada saat sekarang ini dan pada pengalaman keluarga yang dilakukannya
di dalam sesi-sesi konseling. Teori gestalt memberikan perhatian kepada apa
yang dilakukan anggota keluarga, bagaimana mereka mengatakan, apa yang kejadian
ketika mereka berkata itu bagaimana ucapan-ucapannya jika dihubungkan dengan perbuatannya
dan apakah mereka berusaha untuk menyelesaikan perbuatannya.
d. Pendekatan Konseling Keluarga Menurut
Aliran Adler
Tujuan dasar pendekatan ini adalah untuk
mempermudah perbaikan hubungan anak-anak dan meningkatkan hubungan di dalam
keluarga dan mengajarkan hidup bersama dalam keluarga sosial yang sederajad
(sesama manusia). Selain itu diperlukannya tanggung jawab keluarga khususnya
orang tua diharapkan ikut dalam studi kelompok dimana hasilnya bisa
dimanfaatkan bagi penyelesaian masalah keluarga.
e. Pendekatan Transactional Analysis (TA)
dalam Konseling Keluarga
Tujuan dasar dari konseling keluarga TA
ialah bekerja dengan struktur kontrak yang dilakukan oleh setiap anggota
keluarga terhadap konselor. di dalam sesi-sesi konseling TA anggota keluarga
diusahakan untuk merespon satu sama lain secara langsung untuk mengungkapkan
pikiran dan perasaan secara terbuka dan mendapatkan umpan balik dari anggota
yang lain.
f. Aplikasi Konsep-konsep Psikoanalitik
Konsep psikoanalitik mengajarkan
konselor untuk memahami tentang ketidakfungsian pola-pola keluarga yang telah
menyebabkan isu-isu pribadi yang tak terpecahkan diantara ayah, ibu dan anak.
Di dalam konseling keluarga situasi yang tak menentu itu merupakan pola masa
lalu yang terungkat di masa sekarang di dalam keluarga. Tantangan terbesar
konselor adalah membantu anggota keluarga agar menyadari keadaannya dan
mengambil tanggung jawab dalam menanggulangi proyeksi dan transferensinya dan
masalah itu akan tetap berlarut-larut jika mereka tetap berorientasi pada
kehidupan masa lalu.
g. Konseling Keluarga Rational-Emotive
Anggota keluarga dibantu untuk melihat
bahwa mereka bertanggung jawab dalam membuat gangguan bagi diri mereka sendiri
melalui perilaku orang lain secara serius. Mereka didorong untuk mempertimbangkan
bagaimana akibat perilakunya, pikirannya, emosinya telah membuat orang lain
dalam keluarga menirunya.
h. Aplikasi Teori Behavioral dalam
Konseling Keluarga
Pada ahli klinis yang berorientasi
kepada belajar melihat suatu kesempatan untuk terjadinya perubaha-perubahan
perilaku yang berarti pada anggota keluarga dengan cara menata kembali
lingkungan interpersonalnya. Anggota keluarga belajar bagaimana memberikan
kepada anggota lain pengenalan dan persetujuan perilaku-perilaku yang
diinginkan dan bukan perilaku yang menyimpang.
i.
Konsep-konsep
Logotherapy dalam Konseling Keluarga
Logotherapy bertujuan agar klien yang
menghadapi masalah dapat menemukan makna dari penderitaannya dan juga makna
mengenai kehidupan dan cinta. Kehidupan keluarga menentukan titik tolak
perkembangan anak. Jika kehidupan keluarga berantakan sering menimbulkan
frustasi pada anak. Di dalam konseling keluarga konselor sebaiknya mengusahakan
agar anggota keluarga menemukan makna yang baik baginya dalam hubungan
interpersonal.
7. Proses dan Tahapan Konseling Keluarga
Secara umum proses konseling keluarga
berjalan menurut tahapan berikut :
Ø Pengembangan raport merupakan suasana
hubungan konseling yang akrab, jujur, saling percaya sehingga menimbulkan
keterbukaan diri klien.
Ø Pengembangan apresiasi emosional artinya
dengan adanya komunikasi yang baik maka antara anggota keluarga dapat
menghargai perasaan masing-masing dan dengan keinginan agar masalah yang
dihadapi dapat mereka selesaikan.
Ø Pengembangan alternatif modus perilaku
artinya konselor memberikan aplikasi perilaku yang harus dilakukan oleh seluruh
anggota keluarga.
Ø Fase pembinaan hubungan
Ø Memperlancar tindakan positif
8. Teknik-teknik Konseling Keluarga
Teknik-teknik konseling keluarga di sini
meliputi teknik konseling keluarga dalam pendekatan sistem meliputi teknik
sculping (mematung), bermain peran, silence (diam), konfrontasi, teaching via
questioning, mendengarkan, mengikhtisarkan, menyimpulkan, menjernihkan dan
refleksi.
9. Ketahanan Keluarga
Setiap orang menginginkan keluarga
bahagia, orang tua sebagai pembimbing anak-anak seharusnya lebih bijak di dalam
menciptakan keluarga yang bahagia tersebut. Berikut adalah beberapa syarat
untuk menjadi orang tua yang bijak :
Ø Komunikasi yang empati yaitu dialog dua
arah antara orang tua dengan anak dimana orang tua berusaha memahami apa yang
dirasakan, dialami, dan dipikirkan oleh anak.
Ø Menghargai anak adalah vitamin bagi
perkembangannya. Sebaliknya sifat-sifat meremehkan, melecehkan, dan menekan
merupakan racun bagi anak.
Ø Mendorong anak adalah upaya orang tua
agar anak-anak maju sesuai dengan bakat, kemampuan dan kepribadiaannya.
10. Untuk bab sepuluh dan sebelas berisi
tentang dialog konseling kasus mahasiswa DO dan dialog konseling keluarga. Di
situ terdapat cerita dimana seoranga anak mengalami masalah karena orang tuanya
terlalu sibuk dengan pekerjaanya, sehingga dia tidak mendapatkan perhatiaan dan
kasih sayang dari keluarganya sehingga kebutuhan psikologisnya tak terpenuhinya
akibatnya dia melakukan foya-foya dan mengabaikan belajarnya sehingga dia di DO
dari sekolah. Dari kasus tersebud konselor dapat mengatasinya dengan konseling
keluarga dengan teknik dan pendekatan yang sesuai dengan kasus tersebut.
Sumber : S.
Willis, Sofyan, 2009, Konseling Keluarga
(Family Counseling), Alfabeta: Bandung.
0 komentar:
Posting Komentar